Pengetahuan tentang Wawancara #1

#1 Hotel A*, Tangerang (Kerja – Magang)

Awalnya cuma iseng-berhadiah ngelamar ke sana, namun ternyata kepanggil wawancara bersama teman-teman seperjuangan. Dan sebelum hari wawancara, banyak informasi mulai meracuni pikiran untuk tidak menerima panggilan di sana, karena Penulis malah takut kalau akan langsung kepanggil kerja. (Pemikiran yang terlalu optimis!)

Alhasil di hari-H, pakaian yang dikenakan hanya sekenanya (alias “baju-gembel kuliah” kemeja kotak-kotak berlapis dan jins item). No make-up. No parfume, padahal habis ke Jakarta (baca: taruh CV di tempat lain). Waktu itu gak ada yang namanya rasa deg-degan takut gak ketrima. Adanya rasa percaya diri karena gak mau kerja di sini dan hanya ingin menjadikan wawancara dengan bagian HRnya sebagai pengalaman yang menyenangkan aja.

Waktu itu, pengalaman yang didapat:

  • Foto CV disarankan menggunakan blazer, make up natural, rambut dirapikan/diikat.
  • Duduk ambil posisi yang nyaman, tidak bersandar, juga tidak terlalu ujung duduknya.
  • Bertanya tentang divisi yang cocok dengan jurusan.
  • Mengetahui secara garis besar susunan organisasi perusahaan.
  • Waktu wawancara harap memakai make up tipis (walau hanya bedak dan lipstick/lipgloss –untuk wanita) agar tidak terlihat kusam.
  • Memakai parfum untuk mendapat kesan “tidak berantakan”.
  • Menunggu sambil berinteraksi dengan orang senasib akan membantu menghilangkan sedikit beban dan menjadikan diri lebih relaks, bahkan seperti berlatih berbicara dengan tata yang baik dengan mereka.


Setelah wawancara dengan bagian HRnya, Penulis dibawa untuk menemui bagian PRO, di sini suasana mulai berubah menjadi lebih formal dan menegangkan karena ditanyain lebih detail ke kemampuan diri sendiri.
Kali ini, pengalaman yang didapat:

  • Berkata yang jujur (tapi jangan terlalu polos juga, beda loh!).
  • Tunjukkan kemampuanmu.
  • Beritahukan kelebihan dan kekuranganmu yang sesuai dengan dirimu sendiri.
  • Tidak berlebihan, kecuali memang ada yang bisa dipamerkan.


Dan setelah melewati sekitar 4 jam untuk wawancara (kelamaan di bagian menunggu), akhirnya langsung diputuskan bahwa Penulis keterima di perusahaan tersebut. Dan memang benar, Penulis dari awal memang sudah merasakan hawa positif dari perusahaan ini, tapi Penulis tidak memiliki jiwa dan hati di perhotelan seperti ini (lebih karena syarat dan tempat tidak mampu menghidupkan keinginan Penulis untuk bekerja di sana). Akhirnya, surat pengunduran diri sebelum dimulainya praktek kerja magang di tempat tersebut sudah berada di meja kepala HR baru di hotel tersebut. (Sorry, Mam.)

Comments

Popular Posts