Catatan 'Telak' DeaCrit

Pendar-pendar redup dari lampu jalanan seakan berjuang keras melawan kegelapan malam tak berbintang kini. Jam telah menunjukkan waktu antara malam dan subuh. Aku yang tengah duduk di taman belakang rumah, baru saja sadar akan sesuatu yang hilang dalam karya tanganku.

Semilir angin dingin menampar kecil tubuhku yang berbalutkan sebuah selimut kecil. Pikiranku kembali melayang pada kejadian sore tak terlupakan.

Di tengah keramaian manusia yang mencari ketenaran dengan memakai pakaian minim di tengah tempat berbelanja yang megah ini tak membuatku malu dengan setelan formal yang kupakai. Ya, saat itu aku memang baru saja menghadiri rapat evaluasi sebelum proyek "EL P" dijalankan. Aku hanyalah berperan sebagai wanita pekerja keras yang termasuk dalam tim inti proyek penting ini. Dan di depanku duduk manis seorang wanita manis bermulut pedas. Hmm...

Perbincangan ringan mengalir bersamaan dengan kritikan kritis dari Si Pemegang Paham Idealis. Dari saran untuk pakaian yang kupakai, sampai pada proyek setengah jalan.

"Jadi, kamu yang serakah," kata Dea sambil menyesap Lemon Tea kesukaannya.

Aku tersentak untuk perkataannya kali ini.

"Aku?"

Dia hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. "Yeah."

"Menurutmu?" Sedari tadi aku hanya menganggap setiap kritikannya sebagai tambahan dalam 'catatan DeaCrit' di benakku. Tapi kali ini, aku mulai merasa penasaran terhadap tanggapannya mengenai sikapku kali ini.

Dea menatapku lurus. "Kamu egois. Dan kamu tahu itu, tapi kau tak mengindahkannya. Kau tahu seberapa sulitnya pekerjaan ini. Namun kau tak mau berbagi dengan mereka. Kepercayaan itu perlu, Gal!"

Telak!

Aku tertunduk merenung.

Jadi inilah perasaan itu.
Aku harus membangunkan kembali kepercayaan bagi orang-orang di sekitarku. Aku harus bisa melihat wajah-NYA pada setiap muka yang hidup bersamaku. Dengan begitu aku baru bisa merasakan berkat dan anugerah terindah ketika aku menjalankan setiap tugasku.

Aku yang telah buta akan suatu tujuan akhir yang membanggakan, ternyata telah melewatkan seribu senyuman kebanggaan dari orang-orang yang bekerja denganku.

Kata maaf saja takkan cukup untuk menggambarkan penyesalanku. Masa lalu tak bisa diubah.
Hanya sebuah pengharapan akan masa depan yang lebih menjanjikan yang bisa kupegang teguh.

Perubahan itu perlu.
Berbagi dengan mereka juga tak kalah penting.
Percaya adalah dasar dari segalanya.

Comments

Popular Posts